• Sabtu, 23 September 2023

Catatan TLK3N Taufik Abriansyah, Day 9: Menikmati Kesendirian Mensyukuri Kebersamaan

- Sabtu, 3 Juni 2023 | 18:28 WIB
Menggowes di jalur bebas hambatan di antara lesatan mobil dengan kecepatan 100 km/jam menjadi  (Ist.)
Menggowes di jalur bebas hambatan di antara lesatan mobil dengan kecepatan 100 km/jam menjadi (Ist.)

KORAN GALA - Bersepeda adalah Taufik Abriansyah. Bagi mantan wartawan Tempo dan Gatra ini sepertinya menggowes sudah mendarah daging. Touring dengan bersepeda pun bukan  hal baru untuknya.

Terakhir Taufik mengikuti  Touring Lintas Komunitas 3 Negara (TLK3N) yaitu Singapura, Malaysia, dan Thailand.

Tur yang dimulai pada Jumat 29 Mei 2023 itu diikuti goweser berbagai komunitas. Bagi Taufik tur kali ini istimewa karena untuk kali pertama ia menggowes di luar Tanah Air.

Dalam tulisan sebelumnya, Taufik  mengisahkan  bagaimana touring diawali selfie di depan pagar rumah bersama tetangga yang antusias melepasnya hingga akhirnya menaiki Kapal Kelud dan di hari ketiga sejak pamit dari rumah, akhirnya ia pun tiba di Batam.

Esoknya, memulai hari keempat, Taufik merasakan excitement yang tak pernah dialaminya. Di hari yang sama Taufik menjejak Singapura dan Kota Johor Malaysia.

Hari kelima di Malaysia yang dimulai dari Skudai menuju Pontian berjalan lancar dengan samua kesan yang didapati sepanjang rute.

Pontian menandai petualangan di hari keenam yang diikuti 13 orang peserta hingga Batu Pahat yang menjadi titik awal perjalanan di hari ketujuh TLK3N yang berujung di Kota Malaka.

Dan hari kedelapan TLK3N yang diawali dari Malaka mengantar Taufik ke Port Dickson di mana ia bermalam di pinggir pantai menanti pagi hari kesembilan TLK3N pada 27 Mei 2023.

Baca Juga: Kim Seon Ho Berhasil Mengajak Seonho-hada Tertawa Bersama di Aacra Fan Meeting

Bermalam di tenda meninggalkan kesan tersendiri bagi Taufik yang sejak memulai tur sudah merasakan bagaimana rasanya terlelap di atas kapal, di rumah kawan, masjid hingga hotel.

Ia juga mendapati banyak hal yang tak ditemui di Tanah Air. Di antaranya mendirikan tenda di kawasan wisata Port Dickson yang ternyata tanpa tiket ataupun registrasi segala macam. Tidak ditemui juga tukang parkir  yang di Indonesia bisa muncul kapan saja.

Malam itu di dalam tenda lumayan panas karena cuaca tengah panas-panasnya. Taufik pun sengaja membiarkan pintu tenda setengah terbuka. Tapi karena lelah mengayuh sepeda sejauh 100 km, ia bisa tidur dengan cepat.

Subuh tiba, Taufik shalat di samping tenda. Tapi sepanjang shalat ia merasa ada yang menungguinya. Rupanya ada seseorang yang sejak semalam sudah sangat ingin berbincang dengannya.

"Semalam saya beberapa kali ke sini, tapi abang sudah tidur," kata pria yang ternyata bernama Lukman,  dosen Politeknik Pariwisata Malaysia yang sudah beberapa kali ke Indonesia.

Mereka pun berbincang tentang banyak hal. Tak hanya soal perjalanan TLK3N tapi juga  Presiden Jokowi. Taufik senang banyak juga warga negeri jiran  yang menyukai sosok Jokowi.

Baca Juga: Pembobol Outlet Ekspedisi J&T di Batujajar Dibekuk

Hari kian terang. Taufik diburu waktu menyusul rombongan yang menginap di masjid. Ia lantas membereskan tenda dan memanaskan air untuk menu wajib pagi: seduhan kopi panas selagi ditemani Pakcik Lukman. Semua barang tuntas dikemas, Taufik  pamitan.

Sebelumnya ia juga pamitan pada tetangga sebelah tenda, keluarga Pakcik Ramzi dan memberinya stiker KsepXX serta gantungan kunci Pulau Bali untuk  Nurzanah putrinya yang berusia 7 tahun.

Nurzanah yang semalam antusias mendengar obrolan sang ayah dengan Taufik sangat senang ikut mendapat kenang-kenangan.

Melaju dari dari tempat kemping, destinasi selanjutnya adalah Masjid Karian Bagan Pinang di mana rombongan TLK3N menginap. Jaraknya sekitar 3 km.

Tiba di sana Taufik tak bertemu siapa pun. Pakcik Abdurahman yang ditemui di masjid menyebut rombongan pergi  setengah jam sebelumnya.

Taufik menggowes seorang diri hingga saat tiba di lampu merah di tengah kota Port Dickson seorang pemotor perempuan menyapa, tepatnya penasaran.

“Daripada mane nak ke mane Pakcik?" tanyanya yang dijawabTaufik dengan jujur: dari Singapura hendak ke Thailand.

"Sumpah?!” serunya tak percaya.

Masih terpisah dari rekan-rekan TLK3N, Taufik mengayuh sepeda sendirian hingga 20 km berikutnya. Baru selepas Lukut ia bertemu Pak Teguh dan Datuk Kuning yang kemudian  menjaga jarak agar tidak terpisah sampai titik finis di daerah Kajang.

Baca Juga: Murai Zombie Kembali Memukau Boyong Tiga Trofi Juara LKMB Pasadena

Sebuah plang di lintasan yang dilalui di hari kesembilan TLK3N menarik perhatian Taufik. Ia melihat plang petunjuk arah Kota Pachitan yang seketika mengingatkan pada kota kelahiran Presiden SBY di Jawa Timur. Taufik pun menyempatkan diri berfoto.

Hari itu cuaca sangat bersahabat untuk penggowes dan hingga pukul 11.00 matahari masih redup. Tapi Taufik berkeringat juga karena jalur yang dilalui berkontur naik turun meski tak setajam jalur-jalur gowes di Bandung.

Hal lainnya suara burung gagak kerap terdengar menyertai kayuhan sepeda rombongan yang ikut melintasi lapak-lapak penjual buah-buahan. Kebanyakan buah naga dengan warna merah dan kuning.

Kayuhan mengantar peserta TLK3N ke pertigaan Sepang. Taufik pun rehat di masjid Pekan Sepang yang  sangat keren dengan dapur set lengkap.

Lapar, ia pun bersiap  merebus Indomie tapi Pak Teguh keburu menyodorinya rezeki dari pengurus masjid, dua bungkus nasi lemak dong!

Baru selepas Masjid Sepang matahari mulai menampakkan diri.

Baca Juga: Ganjar Sowan ke Pontren Buntet Cirebon, Disambut KH Adib Beserta Santri Hingga Nyai

Taufik kembali mengayuh sepeda di tengah cuaca panas. Tiba di persimpangan menuju Bandara KLIA dan Sirkuit Sepang, rombongan memutuskan lanjut gowes ketimbang neduh  meski terik matahari terasa menjerang.

Mereka baru berhenti di Masjid Kariah Kampung Salak Tinggi untuk shalat sekaligus makan siang. Warung makan di di depan masjid ini menyadikan menu istimewa khas Palembang, tempoyak.

Dari Azhar, kontak pimpinan rombongan TLK3N, Pak Hendra, kawasan Kajang menjadi titik temu. Ia juga memastikan Masjid Al Hijrah Desa Pinggiran Putra menjadi tempat bermalam hari itu.

Sebelum tiba di Kajang, Taufik sempat mengalami momen menegangkan.  Berhenti di lampu merah pertigaan, hujan deras mendadak turun. Wajib neduh, jika tidak barang bawaan bisa-bisa jibrug.

Saat itu satu-satunya tempat yang memungkinkan untuk menepi adalah kuil kecil Hindu. Ke sanalah Taufik bersama Pak Teguh mendorong sepeda.

Dan tak dinyana salakan enam ekor anjing menyambut mereka. Seorang pria tak berbaju yang sepertinya keturunan India mengawasi dengan pandangan tajam.

Baca Juga: Kemen BUMN dan KAI Gelar Senam Massal dan Pamerkan Produk UMKM

Nasib baik dia mengizinkan dua tamu asing yang kehujanan untuk berteduh. Tapi anjing-anjing tadi terus menyalak dan mengerubuti Taufik. Tak ada yang bisa dilakukan.

Baru saat hujan mereda Taufik langsung ngacir dari kuil menuju Masjid UKM (Universiti Kebangsaan Malaysia). Alhamdulillah. Di sini selain ngadem, ia mengisi air hingga mandi dan menunggu kabar dari teman lainnya.

Cukup rehat, sepeda rombongan kembali melaju menuju Kajang. Saat menanyakan arah jalan ke Kajang, mereka diarahkan ke jalur tol.

Sungguh sangat menegangkan gowes di jalan bebas hambatan bersama mobil berkecepatan 100 km. Macam uji nyali.

Makin “seru” dengan beberapa episode salah jalan hingga kepala pusing karena berpusing-pusing. Menjelang waktu magrib rombongan tiba di Masjid Al Hijrah. Azhar yang  menjemput di Singapura, sudah menunggu di sana.

Pengurus masjid pun ikut menyambut dengan ramah dan menyiapkan makan malam dengan menu andalan nasi lemak.***

Halaman:

Editor: Mia Fahrani

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X