KORAN GALA - Fakultas Syariah Universitas Islam Bandung (Unisba) melakukan pengamatan hilal 1 Ramadhan 1444 H yang bekerja sama dengan Bagian Ruhul Islam dan Pengelolaan Masjid (PRIPM) Unisba dan Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat.
Pemantauan hilal dilakukan di Observatorium Albiruni Fakultas Syariah Unisba dengan koordinat tempat Lintang -6˚54’12” LS, Bujur 107˚36’32” BT dan ketinggian tempatnya 750 Meter diatas permukaan laut., pada Rabu 22 Maret 2023.
Kepala Observatorium Albiruni Fakultas Syariah Unisba, Encep Abdul Rojak, M.Sy., mengatakan, kegiatan ini berstatus resmi terdaftar sebagai titik pengamatan hilal awal Ramadhan.
Baca Juga: Masjid Raya Al Jabbar Gelar Sholat Tarawih Perdana, Ibadah Berlangsung Khusyuk
“Artinya hasil dari pengamatan ini akan dilaporkan kepada Kementerian Agama Republik Indonesia sebagai bahan Itsbat Awal Ramadhan 1444 H,” katanya.
"Namun, saat waktunya pengamatan hilal di Bandung terjadi hujan besar. Setelah hujan besar ada waktu 10 menit lagi, saat kita melihat lagi ke observatorium namun ternyata awannya tebal. Jadi, kita tidak bisa melihat hilal di sini," sambungnya.
Dikatakan, kendatai tidak melihat hilal, namun pihaknya tetap akan melaporkan hasil pengamatan ini kepada Kanwil Kemenag Jabar.
Menurutnya, secara teori ketika ada satu atau beberapa tempat pemantauan hilal melihat hilal sesuai dengan kriteria yang ditentukan, maka sudah dipastikan besoknya adalah awal bulan.
Baca Juga: Hasil Sidang Isbat Tetapkan Awal Puasa 2023 1 Ramadhan 1444 H
"Kebetulan kita sudah terhubung dengan beberapa grup pemantauan hilal, katanya di daerah timur Indonesia sudah ada yang melihat hilal. Jadi dipastikan, besok pada 23 Maret 2023 sudah masuk 1 Ramadhan," tegasnya.
Encep menuturkan, pengamatan hilal dimulai saat matahari terbenam yaitu pukul 18.04 WIB. Lama pengamatan hilal dilakukan selama 36 menit, karena bulan akan terbenam pada pukul 18.39 WIB. Posisi bulan/hilal berada pada Azimuth 273˚39’27”. Sedangkan posisi Matahari berada pada azimuth 270˚24’06”.
Nilai ini kata Encep, dihitung dari titik Utara sejati ke arah Timur-Selatan-Barat melalui lingkaran horizon atau ufuk sampai dengan proyeksi bulan dan matahari di ufuk. Berdasarkan data ini, bulan atau hilal berada di sebelah Utara/Kanan matahari perspektif pengamat.Pada Pukul 18.00 WIB, tinggi hilal +7˚38’15”, selanjutnya Pkl. 18.05 WIB (+6˚27’07”), Pkl. 18.10 WIB (+5˚21’32”), Pkl. 18.15 WIB (+1˚51’23”), dan Pkl. 18.20 WIB (+2˚48’16”).
Baca Juga: Awasi Sesar Lembang, BRIN Kembangkan Sistem Pemantau Gerakan Tanah
“Tinggi hilal ini dihitung dari ufuk secara vertikal sampai dengan posisi bulannya. Nilai ketinggian saat ini sudah memenuhi Batas minimal hilal/bulan mungkin terlihat, karena pada saat ini batas minimalnya berada pada ketinggian +3˚, sehingga mungkin hilal dapat dilihat. Jarak sudut lengkung bulan dari matahari yang disebut Elongasi berada pada nilai +9˚10’34”,” terangnya.
Menurut Encep, peralatan yang akan dipergunakan terdiri dari Teropong Digital computerize tiga buah dan Teropong manual dua buah. Pengamatan dilakukan secara manual dan digital. Untuk pengamatan digital menggunakan teropong Cem60 merk iOptron yang terpasang di dalam observatorium / doom, dibantu juga dengan kamera CCD hitam putih yang menghubungkan teropong dengan laptop dan terkoneksi juga ke Layar TV.
Baca Juga: Jangan Panik, Ini Menu Tepat Buat Si Paling Telat Sahur
“Untuk membuka kamera tersebut digunakan software Sharpcap yang berfungsi untuk memonitor tangkapan hilal / matahari pada teropong. Melalui software ini pun digunakan untuk mendokumentasikan hilal dalam bentuk foto atau video. Apabila hasilnya tidak diketahui secara jelas objeknya / hilalnya, maka akan dilakukan olah citra hilal dengan software lainnya seperti iris atau siril. keduanya merupakan software astronomi yang berfungsi untuk mengolah citra hilal agar terlihat kontras.,” jelas Encep.
Encep mengatakan, pengamatan hilal ini seluruhnya dilakukan oleh tim Observatorium Albiruni Fakultas Syariah Unisba.
Menurutnya, para peserta yang hadir dapat bersama-sama berusaha untuk melihat hilal dari teropong utama yang akan disambungkan melalui media TV dalam menampilkan tangkapan teropong.
“Sehingga setiap orang yang hadir memiliki kesempatan yang sama untuk melihat hilal,” ujarnya.***
Artikel Terkait
FEB Unisba Gelar Stadium Generale Soal Wakaf dengan Narasumber Prof Amir dari Malaysia, Begini Pejelasannya
Bahas Diferensiasi Wakaf dengan Pakar dari Sejumlah Negara, FEB Unisba Gelar Seminar Internasional
Prodi Ekonomi Pembangunan Unisba Gelar PKM Internasional Soal Wakaf: Unik, Model Pemberdayaan Wakaf di Brunai
Jelang Ramadan PRIPM Unisba Gelar Tarhib Ramadan, Amrullah: Bekali dengan Ketakwaan