KORAN GALA - Pemkot Bandung berencana mengonversi enam trayek angkutan kota di jalur utama ke mikrobus pada tahun 2024. Nantinya angkot akan menjadi feeder (pengumpan) dan transportasi publik bakal menghiasi jalan raya.
Pelaksana Harian (Plh) Wali Kota Bandung Ema Sumarna mengatakan, Pemkot Bandung pernah mengajukan konversi angkot ke mikrobus pada tahun 2023. Waktu itu, nama programnya adalah transformasi transportasi
"Kita waktu itu sudah rapat-rapat dengan organda, dengan koperasi-koperasi yang mengelola angkutan ini. Kita menginginkan bahwa nanti di Bandung itu sudah tidak ada angkot, tapi bertransformasi ke public transport, yang tentunya ini dengan kapasitas yang lebih besar," ungkap Ema di Balai Kota Bandung, Senin (18/9).
Transformasi transportasi publik ini, ungkap Ema, diyakini akan berpengaruh pada sisi kelayakan dan kenyaman. Walaupun tidak signifikan, transformasi transportasi publik ini akan memberikan pengaruh terhadap upaya pengurangan kemacetan.
"Karena yang tadinya lebih banyak (jumlah kendaraan umum, red), sekarang jumlahnya lebih sedikit. Dan itu kalau sudah bisa dihadirkan mimpi kita, masyarakat pun tergugah, yang selama ini masih menggunakan mobil pribadi kalau sudah publik transport-nya nyaman dan aman, saya punya keyakinan mereka juga akan menggunakan itu. Itu harapannya, kalau itu misalkan terjadi saya yakin itu akan signifikan," ungkapnya.
Dikatakan, sopir angkot nantinya akan tetap dilibatkan dan menjadi bagian dari tranformasi transportasi publik ini. "Kemana sopir angkot ini? Saya sudah wanti-wanti dalam konsep ini, mereka tidak menjadi pengangguran atau hilang mata pencaharian, tapi mereka nanti jadi bagian tenaga kerja atau pegawai yang akan di kelola oleh operator," ujarnya.
"Jadi mereka (sopir angkot, red) nanti sudah tidak lagi mengejar setoran, tapi mereka sudah berpenghasilan tetap yang dibayar sesuai dengan standar yang disepakati oleh operator itu sendiri. Saya tidak mengawang-ngawang, saya melihat ini terjadi di Semarang, terangnya.
Kota Semarang, lanjut Ema, sudah melakukan transformasi transportasi publik. Di Semarang sudah tidak ada angkot, mereka pindah ke transportasi publik. Kehadiran transportasi publik ini pun memberikan kepastian bagi para penumpangnya.
"Dan mereka itu pada prakteknya nanti, berangkatnya itu pasti . Mereka berangkat harus jam sekian dari titik ini ke titik yang lain, sesuai prosedur. Ada penumpang atau tidak ada penumpang, mobil itu bergerak. Karena mereka tidak berpikir lagi 'ngudag' setoran karena sudah digaji," tuturnya.
Di Semarang, ungkap Ema, warganya sudah mengetahui jadwal bus yang melewati selter di titik tertentu. Kedatangan bus di selter pun tidak meleset dan sesuai jadwal yang ada sehingga warga tidak menunggu lama.
"Dan di sana, pergeseran dari satu titik selter ke selter lain itu ternyata masyarakatnya sudah tahu. Bahwa mereka mobil yang akan digunakan itu sudah datang jam sekian (ada jadwalnya) dan itu secara umum tidak ada yang meleset, saya lihat di Semarang," ungkapnya.
Bantuan pusat
Artikel Terkait
Angkot Ugal-ugalan Penabrak 4 Sepeda Motor di Batujajar Dikemudikan Sopir Tembak
Laka Lantas Angkot di Wilayah Cililin Akibat Sopir Mabuk, Cegah Kejadian Terulang Dishub KBB Gelar Tes Urine
Organda KBB Dorong Penertiban Stiker Bacaleg di Angkot
Terbentur Batas Usia Kendaraan, 60 Persen Angkot di KBB Bodong
Tanggapi Konversi Angkutan Kota dengan Mikrobus, Pengamat Transportasi: Angkot Tidak Boleh Dihilangkan