KORAN GALA - Para pekerja buruh gendong di pasar tradisional dan gudang pangan, serta para penjual jamu gendong diingatkan agar berusaha meninggalkan kebiasaan menggendong barang dan dagangan di punggung yang berisiko cedera pada tulang belakang.
Prof. Pamudji Utomo, pakar ilmu orthopaedi tulang belakang Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (FK-UNS) yang sehari-hari sebagai Dirut Rumah Sakit Orthopaedi Prof. Dr. Soeharso (RSOP), menyampaikan peringatan itu, karena di rumah sakit khusus bedah tulang yang dia pimpin menangani banyak kasus penderita sakit tulang belakang di kalangan buruh gendong dan pedagang jamu gendong tersebut.
"Bahkan, banyak penjual jamu gendong dari Wonogiri yang di Jakarta, waktu ke RSOP didapati mengalami kelainan tulang belakang, seperti punggung bengkok, syaraf kejepit dan sebagainya. Itu disebabkan sehari-hari mereka menggendong jamu. Terlebih para buruh gendong di pasar tradisional dan buruh pengangkut beras, risiko kelainan seperti itu lebih tinggi," kata Prof. Pamudji di kampus UNS, Kentingan, Selasa (19/9/2023).
Pakar ilmu orthopaedi tulang belakang itu, menegaskan, penyakit tulang belakang memiliki pengaruh besar terhadap kualitas hidup sumber daya manusia. Di kalangan buruh gendong yang berisiko tinggi terhadap penyakit tulang belakang, di usia 40 - 50 tahun belum merasakan pengaruhnya.
Namun di atas usia tersebut akan terjadi pengeroposan tulang, tulang bengkok dan kemungkinan syaraf kejepit.
"Hal itu disebabkan fungsi tulang belakang adalah melindungi saraf pusat, sehingga penyakit tulang belakang dapat menyebabkan kelumpuhan, gangguan buang air besar, buang air kecil, dan ereksi. Secara global, 80 persen populasi penduduk dunia pernah mengalami nyeri punggung. Sedangkan 7,5 persen dari total populasi dunia terdiagnosis penyakit tulang belakang dengan beragam keparahan, dari ringan hingga kelumpuhan atau kematian," jelasnya.
Menyinggung penyebab penyakit tulang belakang, Prof. Pamudji menyebutkan, pemicunya bisa terjadi oleh banyak hal, seperti trauma, infeksi, tumor, proses penuaan, dan kelainan sejak lahir.
"Lebih dari itu, di negara berkembang menghadapi tantangan dalam akses kesehatan, fasilitas kesehatan, dan kemampuan tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan tingkat pertama dalam menangani penyakit tulang belakang. Itu sebabnya, penyakit tulang belakang berpengaruh besar terhadap sosial dan ekonomi penderitanya," tandasnya.
Dirut RSO Prof. Dr. Soeharso itu menyarankan, tindakan promotif dan preventif merupakan tindakan terbaik untuk mempertahankan kualitas hidup maupun fungsi dari sumber daya manusia. Khusus terhadap para pekerja buruh gendong, Prof. Pamudji menekankan perlunya penggunaan alat bantu, sepeti troli atau katrol untuk mencegah terjadinya cedera pada tulang punggung.
Prof. Pamudji Utomo, Selasa ini dikukuhkan sebagai guru besar bersama empat orang lainnya, yaitu Prof. Dr. Avi Marlina, yang dikukuhkan sebagai guru besar dalam bidang ilmu transformasi budaya bermukim di fakultas teknik (FT).
Prof. Eko Pujiyanto, dikukuhkan sebagai guru besar bidang ilmu manajemen kualitas di FT, Prof. Kundharu Saddhono, dikukuhkan sebagai guru besar bidang ilmu sosiolinguistik di fakultas keguruan dan ilmu pendidikan (FKIP), Prof. Sapta Kunta Purnama, dalam bidang ilmu olahraga di fakultas keolahragaan (FKOR). (Tok Suwarto).***
Artikel Terkait
Deputi Gubernur BI: UMKM Tulang Punggung Perekonomian Hadapi Tiga Tantangan KIS
Jadi Tulang Punggung Keluarga, Aria Naizar Kembali Bersekolah