KORAN GALA - Menjadi mahasiswa iya, jadi relawan juga iya. Ia adalah Taufik Anugrah, mahasiswa Teknologi Pangan Universitas Pasundan. Saat gempa Cianjur bermagnitudo 5,6 tanpa pikir panjang Taufik langsung berangkat menuju lokasi.
Setibanya di lokasi, relawan Pramuka Peduli Kwarda Jabar ini langsung bergegas melakukan asesmen. Bersama relawan Pramuka lainnya, ia bertindak sebagai Search and Rescue Unit (SRU) untuk mencari korban yang tertimbun reruntuhan bangunan.
Selama kurang lebih 15 hari, Taufik menyisir wilayah Cugenang, lalu bergeser ke Gasol, dan daerah lain yang terdampak paling parah. "Selain fokus di kluster pencarian korban, saya juga memantau pos tanggap darurat dan mengondisikan distribusi logistik," ungkap Taufik, Selasa 17 Januari 2023.
Baca Juga: Tak Ada Cikbul, Jajanan Sekolah di Kota Cimahi Aman
Menjadi tim SRU di lokasi bencana bukan pertama kalinya bagi Taufik. Ia pernah terlibat dalam operasi penyelamatan siswa yang terjebak banjir akibat tanggul jebol di SDN Ajitunggal Cijambe, pencarian lansia yang hilang di perkebunan Cibuni, evakuasi jenazah longsor Cimanggung, dan terakhir gempa bumi Cianjur.
Pengalaman penugasan kebencanaan juga cukup banyak, mulai dari tsunami Banten, tanggul jebol Cimareme dan Jati Cluster, longsor Sukajaya, banjir bandang Masamba Sulsel, Cicurug Sukabumi, Pameungpeuk, hingga peristiwa kebakaran.
mahasiswa kelahiran 1996 ini telah mengikuti pendidikan spesialisasi dan memiliki segudang pengalaman organisasi, sehingga kemampuannya dalam menanggulangi bencana sudah teruji.
Baca Juga: Beda Kalender Imlek dan Masehi, Simak Sejarah Singkat dan Keunikannya
Jadi relawan Karena Ibu
Sebelum aktif menjadi relawan kemanusiaan, Taufik pernah bergabung sebagai relawan lingkungan, relawan sadar hukum, dan lain-lain. Menyadari kondisi alam yang semakin rusak dan berisiko membahayakan sekitar, ia tergerak untuk turun tangan dan berkontribusi lebih banyak.
Taufik menambahkan, di samping panggilan jiwa dan niat yang tulus, keputusannya untuk mengabdikan diri pada kemanusiaan dan melakukan kebaikan juga termotivasi dari ibunya.
“Empat tahun lalu, ibu saya divonis kanker yang membuat saya sangat terpukul. Kalau saya berdoa sendiri, pasti tidak akan kuat. Akhirnya saya berpikir untuk memperbanyak kebaikan. Saya percaya, dari kebaikan itu akan ada pahala yang membuat saya ikhlas untuk dijadikan penggugur penyakit ibu saya,” kata Taufik.
Baca Juga: Beda Kalender Imlek dan Masehi, Simak Sejarah Singkat dan Keunikannya
Seiring waktu, Taufik merasa harus meningkatkan kemampuannya dan ia memutuskan untuk ikut pendidikan spesialisasi agar niat baiknya tidak berbalik mencelakakan orang lain.
Artikel Terkait
Unpas Mantapkan Visi Entrepreneurial University, Berbagi Insight Bersama Rektor Amikom Yogyakarta
Orasi Ilmiah Ridwan Kamil: Unpas Diminta Merespons Tiga Disrupsi dan Membersamai Kemajuan Jabar
Portable Fire Pump, Alat Pemadam Kebakaran Portable yang Bisa Digendong Buatan Dosen dan Mahasiswa Unpas
BRIN Minta Dosen Lakukan Riset yang Aplikatif dan Berorientasi Bisnis, Rektor Unpas: Jaga Atmosfer Akademik