KORAN GALA - Fakultas Syariah Universitas Islam Bandung (Unisba) melakukan pengamatan hilal 1 Syawal 1444 H yang bekerja sama dengan Bagian Ruhul Islam dan Pengelolaan Masjid (PRIPM) Unisba, BMKG Bandung, dan Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat.
Pemantauan hilal dilakukan di Observatorium Albiruni Fakultas Syariah Unisba dengan koordinat tempat Lintang -6˚54’12” LS, Bujur 107˚36’32” BT dan ketinggian tempatnya 750 Meter diatas permukaan laut., pada Kamis 20 April 2023.
Kepala Observatorium Albiruni Fakultas Syariah Unisba, Encep Abdul Rojak, M.Sy., mengatakan, kegiatan ini berstatus resmi terdaftar sebagai titik pengamatan hilal awal Ramadhan di wilayah Jawa Barat.
Baca Juga: Maksimalkan Layanan Digital, Tetap Bayar Pajak Saat Libur Lebaran Lewat Sambara
“Artinya hasil dari pengamatan ini akan dilaporkan kepada Kementerian Agama Republik Indonesia sebagai bahan Isbat Awal Syawal 1444 H,” katanya.
Encep menerangkan, ijtimak atau konjungsi terjadi pada pukul 10:24 WIB. “Konjungsi berarti posisi Bumi, Bulan, dan Matahari berada pada satu garis astronomis. Sejak terjadinya konjungsi sampai dengan waktu pengamatan disebut Umur bulan/hilal sekitar 7 jam 26 menit,” jelasnya.
Dikatakannya, pengamatan hilal akan dimulai saat matahari terbenam yaitu pukul 17.46 WIB. Lama pengamatan hilal dilakukan selama 10 menit, karena bulan akan terbenam pada pukul 17.54 WIB.
Posisi bulan/hilal berada pada Azimuth 282˚57’08” dan posisi Matahari berada pada azimuth 281˚22’22”.
Nilai ini kata Encep, dihitung dari titik Utara sejati ke arah Timur-Selatan-Barat melalui lingkaran horizon atau ufuk sampai dengan proyeksi bulan dan matahari di ufuk. Berdasarkan data ini, bulan atau hilal berada di sebelah Utara/Kanan matahari.
“Artinya hasil dari pengamatan ini akan dilaporkan kepada Kementerian Agama Republik Indonesia sebagai bahan Isbat Awal Syawal 1444 H,” katanya.
Encep menerangkan, ijtimak atau konjungsi terjadi pada pukul 10:24 WIB. “Konjungsi berarti posisi Bumi, Bulan, dan Matahari berada pada satu garis astronomis. Sejak terjadinya konjungsi sampai dengan waktu pengamatan disebut Umur bulan/hilal sekitar 7 jam 26 menit,” jelasnya.
Dikatakannya, pengamatan hilal akan dimulai saat matahari terbenam yaitu pukul 17.46 WIB. Lama pengamatan hilal dilakukan selama 10 menit, karena bulan akan terbenam pada pukul 17.54 WIB.
Posisi bulan/hilal berada pada Azimuth 282˚57’08” dan posisi Matahari berada pada azimuth 281˚22’22”.
Nilai ini kata Encep, dihitung dari titik Utara sejati ke arah Timur-Selatan-Barat melalui lingkaran horizon atau ufuk sampai dengan proyeksi bulan dan matahari di ufuk. Berdasarkan data ini, bulan atau hilal berada di sebelah Utara/Kanan matahari.
Baca Juga: Entrepreneur Muda Bandung Ajak Warga Belanja Lebaran dengan Membeli Produk UMKM Lokal
Berdasarkan data ini, bulan atau hilal berada di sebelah Utara/Kanan matahari perspektif pengamat. Pada Pukul 17.46 WIB, tinggi hilal +1˚38’47”, selanjutnya Pkl. 17.50 WIB (+0˚48’19”), Pukul. 17.53 WIB (+0˚11’00”), Pkl. 17.55 WIB (Terbenam).
“Tinggi hilal ini dihitung dari ufuk secara vertikal sampai dengan posisi bulannya. Nilai ketinggian saat ini belum memenuhi Batas minimal hilal/bulan mungkin terlihat (Imkan Rukyat), karena pada saat ini batas minimalnya berada pada ketinggian +3˚, sehingga mungkin hilal sulit dilihat. Jarak sudut lengkung bulan dari matahari yang disebut Elongasi berada pada nilai +2˚39’24,” terangnya.
Disinggung hasil pengamatan hilal, Encep mengatakan dari sisi cuaca saat pengamatan hilal di Unisba memang kurang mendukung. Jadi, hilal belum nampak karena terkendala cuaca.
"Secara ketinggian pun belum maksimal. Sesuai aturan minimal hilal bisa dilihat pada 3 derajat saat matahari terbenam. Tadi bari 1 derajat sehingga butuh tenaga ekstra untuk melihat hilal/ Dengan begitu pengamatan hilal 1 syawal belum berhasil," jelasnya.
Berdasarkan data ini, bulan atau hilal berada di sebelah Utara/Kanan matahari perspektif pengamat. Pada Pukul 17.46 WIB, tinggi hilal +1˚38’47”, selanjutnya Pkl. 17.50 WIB (+0˚48’19”), Pukul. 17.53 WIB (+0˚11’00”), Pkl. 17.55 WIB (Terbenam).
“Tinggi hilal ini dihitung dari ufuk secara vertikal sampai dengan posisi bulannya. Nilai ketinggian saat ini belum memenuhi Batas minimal hilal/bulan mungkin terlihat (Imkan Rukyat), karena pada saat ini batas minimalnya berada pada ketinggian +3˚, sehingga mungkin hilal sulit dilihat. Jarak sudut lengkung bulan dari matahari yang disebut Elongasi berada pada nilai +2˚39’24,” terangnya.
Disinggung hasil pengamatan hilal, Encep mengatakan dari sisi cuaca saat pengamatan hilal di Unisba memang kurang mendukung. Jadi, hilal belum nampak karena terkendala cuaca.
"Secara ketinggian pun belum maksimal. Sesuai aturan minimal hilal bisa dilihat pada 3 derajat saat matahari terbenam. Tadi bari 1 derajat sehingga butuh tenaga ekstra untuk melihat hilal/ Dengan begitu pengamatan hilal 1 syawal belum berhasil," jelasnya.
Baca Juga: Sambut Hari Kartini, Polwan Polresta Bandung Bagi-bagi Bunga Hingga Gendongan Bayi
Ia menambahkan, pihaknya tidak melihat kembali hilal untuk menentukan 1 Syawal. Karena, besok hari memang sudah pasti 30 Ramadan, dan besoknya pasti 1 syawal atau bulan baru.
"Walaupun besok akan melihat hilal, maka tujuannya bukan untuk menentukan bulan baru atau 1 Syawal tapi hanya untuk pembelajaran," jelasnya.
Menurut Encep, peralatan yang akan dipergunakan terdiri dari Teropong Digital Computerize dua buah & Teropong manual dua buah. “Diantaranya yang tersimpan di doom Albiruni dan milik BMKG,” katanya.
Encep menerangkan, pengamatan dilakukan secara manual dan digital. Untuk pengamatan digital menggunakan teropong Cem70 merk iOptron yang terpasang di dalam observatorium / doom, dibantu juga dengan kamera CCD hitam putih yang menghubungkan teropong dengan laptop dan terkoneksi juga ke Layar TV melalui HDMI.
Ia menambahkan, pihaknya tidak melihat kembali hilal untuk menentukan 1 Syawal. Karena, besok hari memang sudah pasti 30 Ramadan, dan besoknya pasti 1 syawal atau bulan baru.
"Walaupun besok akan melihat hilal, maka tujuannya bukan untuk menentukan bulan baru atau 1 Syawal tapi hanya untuk pembelajaran," jelasnya.
Menurut Encep, peralatan yang akan dipergunakan terdiri dari Teropong Digital Computerize dua buah & Teropong manual dua buah. “Diantaranya yang tersimpan di doom Albiruni dan milik BMKG,” katanya.
Encep menerangkan, pengamatan dilakukan secara manual dan digital. Untuk pengamatan digital menggunakan teropong Cem70 merk iOptron yang terpasang di dalam observatorium / doom, dibantu juga dengan kamera CCD hitam putih yang menghubungkan teropong dengan laptop dan terkoneksi juga ke Layar TV melalui HDMI.
Baca Juga: Hasil Sidang Isbat Lebaran Jatuh pada Sabtu 22 April 2023
“Untuk membuka kamera tersebut digunakan software Sharpcap yang berfungsi untuk memonitor tangkapan hilal / matahari pada teropong. Melalui software ini pun digunakan untuk mendokumentasikan hilal dalam bentuk foto atau video," ungkap Encep.
"Apabila hasilnya tidak diketahui secara jelas objeknya / hilalnya, maka akan dilakukan olah citra hilal dengan software lainnya seperti iris atau siril. Keduanya merupakan software astronomi yang berfungsi untuk mengolah citra hilal agar terlihat kontras,” sambungnya.
Encep mengatakan, pengamatan hilal ini seluruhnya dilakukan oleh tim Observatorium Albiruni Fakultas Syariah Unisba.
Menurutnya, para peserta yang hadir dapat bersama-sama berusaha untuk melihat hilal dari teropong utama yang akan disambungkan melalui media TV dalam menampilkan tangkapan teropong. “Sehingga setiap orang yang hadir memiliki kesempatan yang sama untuk melihat hilal,” ujarnya.**
“Untuk membuka kamera tersebut digunakan software Sharpcap yang berfungsi untuk memonitor tangkapan hilal / matahari pada teropong. Melalui software ini pun digunakan untuk mendokumentasikan hilal dalam bentuk foto atau video," ungkap Encep.
"Apabila hasilnya tidak diketahui secara jelas objeknya / hilalnya, maka akan dilakukan olah citra hilal dengan software lainnya seperti iris atau siril. Keduanya merupakan software astronomi yang berfungsi untuk mengolah citra hilal agar terlihat kontras,” sambungnya.
Encep mengatakan, pengamatan hilal ini seluruhnya dilakukan oleh tim Observatorium Albiruni Fakultas Syariah Unisba.
Menurutnya, para peserta yang hadir dapat bersama-sama berusaha untuk melihat hilal dari teropong utama yang akan disambungkan melalui media TV dalam menampilkan tangkapan teropong. “Sehingga setiap orang yang hadir memiliki kesempatan yang sama untuk melihat hilal,” ujarnya.**
Artikel Terkait
Prodi Ekonomi Pembangunan Unisba Gelar PKM Internasional Soal Wakaf: Unik, Model Pemberdayaan Wakaf di Brunai
Jelang Ramadan PRIPM Unisba Gelar Tarhib Ramadan, Amrullah: Bekali dengan Ketakwaan
Unisba Gelar Pemantauan Hilal Awal Ramadhan 1444 H di Observatorium Albiruni Fakultas Syariah
Unisba Berikan Santunan kepada Ratusan Anak Yatim dan Dhuafa, Juga Gelar Itikaf di 10 Hari Terakhir Ramadhan