KORAN GALA - Rasulullah pernah bersabda: “Ada tiga hal yang membahagiakan, tiga hal yang merusak, tiga hal yang mengangkat derajat dan tiga hal yang menjadi pelebur dosa.
Tiga hal yang yang membahagiakan adalah takut kepada Allah baik dalam keadaan sendiri atau di depan banyak orang, sederhana dalam kehidupan dan kemampuan menyeimbangkan antara kerelaan dan amarah.
Adapun tiga hal yang merusak adalah sifat kikir yang berlebihan, mengikuti hawa nafsu, dan bangga pada dirinya sendiri.
Tiga hal yang mengangkat derajat orang yang melakukan adalah mengawali mengucap salam kepada sesama, membagi makan pada tamu dan orang yang lapar dan menjalankan shalat malam sementara orang lain sedang tidur.
Baca Juga: Arus Mudik Mulai Padat, Korlantas Terapkan Contra Flow Tol Jakarta-Cikampek Km 47 Sampai Km 70
Tiga amalan yang mampu melebur dosa adalah menyempurnakan wudlu hingga melebihi batas anggota yang harus dibasuh, melangkahkan kaki untuk menjalankan shalat berjamaah dan menunggu masuknya waktu shalat di masjid.”
Hadits Rasulullah yang begitu panjang di atas menunjukkan bahwa betapa pendekatan kepada Pencipta tidaklah hanya diwujudkan dengan ibadah murni saja seperti yang termaktub dalam rukun Islam.
Rasulullah mengaitkan setiap hal yang membahagiakan, merusak, mengangkat derajat dan pelebur dosa dengan perilaku kesalehan sosial. Sederhana dalam kehidupan merupakan cermin dari usaha menghindari kehidupan berlebihan yang seringkali menciptakan kecemburuan sosial masyarakat sekitar.
Islam mengajarkan bahwa kesalehan ritual dan kesalehan sosial merupakan satu kesatuan ibadah yang terintegrasi. “Udkhuluu fis silmi kaffah !” bahwa kesalehan dalam Islam mestilah secara total!”
Ya shaleh secara individual/ritual juga saleh secara sosial, ibadah yang dilakukan pun meliputi ibadah wajib (mahdhah, vertikal), dan ibadah sosial (ghairu mahdhah, horisontal). Oleh karena itu, walaupun banyak perintah untuk beribadah dalam agama ditunjukan kepada individu tetapi seyogyanya harus berdampak dalam kehidupan sosial yang nyata, termasuk dalam ibadah puasa yang sedang dijalankan kaum muslimin.
Baca Juga: Tumbilotohe, Tradisi yang di Bawah Laut
Puasa tentu harus dimaknai sebagai kewajiban yang diperintahkan Allah SWT. bagi orang-orang beriman Lebih dari itu, puasa memiliki implikasi terhadap individu maupun sosial. Puasa merupakan bentuk ibadah yang memancarkan hikmah bagi pembinaan kesalehan individual, juga bagi peningkatan kesalehan sosial.
Merupakan media pengabdian dan sarana ibadah untuk meningkatkan kualitas diri. Merupakan wahana penyucian diri, pembinaan moral, dan penambahan kualitas spiritual manusia. Karena selama berpuasa kaum muslimin dituntut untuk menjaga diri dari segala macam perbuatan yang dapat menodai kesucian jiwa raga dan melemahkan kekuatan moral spritualnya.
Dalam surat al Hajj ayat 23, Allah berfirman:
Artikel Terkait
Amalan Malam Lailatul Qadar, 10 Hari Terakhir Ramadhan 2023 Mulai Malam Ini
Unisba Berikan Santunan kepada Ratusan Anak Yatim dan Dhuafa, Juga Gelar Itikaf di 10 Hari Terakhir Ramadhan
Gerobag Ramadhan, Kampanye Gerakan Kemanusiaan: JQR Ajak Anak Muda Peduli Masalah Sosial di Jawa Barat
Itikaf di Bulan Suci Ramadhan Hingga Sahur Bersama di Masjid Besar Majalaya