KORAN GALA - Rasulullah bersabda, ada tiga hal yang membahagiakan, tiga hal yang merusak, tiga hal yang mengangkat derajat dan tiga hal yang menjadi pelebur dosa.
Tiga hal yang yang membahagiakan adalah takut kepada Allah baik dalam keadaan sendiri atau di depan banyak orang, sederhana dalam kehidupan dan kemampuan menyeimbangkan antara kerelaan dan amarah.
Adapun tiga hal yang merusak adalah sifat kikir yang berlebihan, mengikuti hawa nafsu, dan bangga pada dirinya sendiri.
Tiga hal yang mengangkat derajat orang yang melakukan adalah mengawali mengucap salam kepada sesama, membagi makan pada tamu dan orang yang lapar dan menjalankan shalat malam sementara orang lain sedang tidur.
Baca Juga: Juara Proliga 2023, Tim Bandung bjb Tandamata Terima Apresiasi
Tiga amalan yang mampu melebur dosa adalah menyempurnakan wudlu hingga melebihi batas anggota yang harus dibasuh, melangkahkan kaki untuk menjalankan shalat berjamaah dan menunggu masuknya waktu shalat di masjid.”
Hadits menunjukkan betapa pendekatan kepada Pencipta tidaklah hanya diwujudkan dengan ibadah murni saja seperti yang termaktub dalam rukun Islam. Rasulullah mengaitkan setiap hal yang membahagiakan, merusak, mengangkat derajat dan pelebur dosa dengan perilaku kesalehan sosial. Sederhana dalam kehidupan merupakan cermin dari usaha menghindari kehidupan berlebihan yang seringkali menciptakan kecemburuan sosial masyarakat sekitar.
Islam mengajarkan bahwa kesalehan ritual dan kesalehan sosial merupakan satu kesatuan ibadah yang terintegrasi, tidak bisa dilepaspisahkan. “Udkhuluu fis silmi kaffah !” bahwa kesalehan dalam Islam mestilah secara total !”.
Ya shaleh secara individual/ritual juga saleh secara sosial ,ibadah yang dilakukan pun meliputi ibadah wajib (mahdhah, vertikal), dan ibadah sosial (ghairu mahdhah, horisontal). Oleh karena itu, walaupun banyak perintah untuk beribadah dalam agama ditunjukan kepada individu tetapi seyogyanya harus berdampak dalam kehidupan sosial yang nyata, termasuk dalam ibadah puasa yang sedang dijalankan kaum muslimin.
Puasa tentu harus dimaknai sebagai kewajiban yang diperintahkan Allah SWT. bagi orang-orang beriman Lebih dari itu, puasa memiliki implikasi terhadap individu maupun sosial. Puasa merupakan bentuk ibadah yang memancarkan hikmah bagi pembinaan kesalehan individual, juga bagi peningkatan kesalehan sosial.
Merupakan media pengabdian dan sarana ibadah untuk meningkatkan kualitas diri. Merupakan wahana penyucian diri, pembinaan moral, dan penambahan kualitas spiritual manusia. Karena selama berpuasa kaum muslimin dituntut untuk menjaga diri dari segala macam perbuatan yang dapat menodai kesucian jiwa raga dan melemahkan kekuatan moral spritualnya.
Dalam surat al Hajj ayat 23, Allah berfirman: "Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang beriman dan mengerjakan amal yang saleh ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Di surga itu mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas dan mutiara, dan pakaian mereka adalah sutera."
Baca Juga: Siang Ini DPR RI Putuskan Perpu Ciptaker Jadi Undang-undang
Bisa diperhatikan bagian dari potongan ayat ini, "Orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh." Artinya seseorang tidak mungkin disebut beriman bila tidak beramal saleh begitu juga tidak mungkin seseorang beramal saleh tanpa keimanan. Amal disebut saleh bila didasari oleh pondasi keimanan.
Artikel Terkait
BI Siapkan Uang Tunai Rp 195 Triliun Selama Ramadhan dan Idul Fitri 2023
Tips Gunakan WhatsApp Selama Ramadhan, Bukber Virtual 32 Orang Sekaligus Bisa
Contoh Kultum Ramadhan 2023: Istighfar Menjadi Kunci Semangat Ibadah